12.30.2008

Hikmah dari Musa

Tentu kita percaya bahwa memberi kail, jauh lebih mendidik dibandingkan dengan memberi ikan. Ungkapan"Berikan kail, bukan ikan!" Itu jika kita berada dalam posisi sebagai 'sang pemberi'. Seandainya anda diposisi 'yang diberi', tentu pilihan kita menjadi bias dan sedikit gengsi. Saya justru ingin anda menawari opsi lain: diantara sepotong roti dan sepercik api. Mana yang akan anda pilih: roti atau api?

Saya tidak akan mencampuri keputusan anda. Namun, sebelum saya membahas lebih lanjut, tentukan pilihan anda: roti atau api? Itu penting bagi anda, karena dalam sejarah umat manusia; ada seorang Nabi besar yang "berurusan dengan roti dan api". Anda ingat siapa orang itu? Ya, dia adalah Nabi Musa as. Di zaman ketika dia dilahirkan, pembaca bintang meramalkan bahwa Firaun akan dikalahkan oleh bayi laki-laki yang dilahirkan di Bani Israil. Oleh karena itu, Firaun memerintahkan untuk membunuh semua bayi lelaki yang lahir. Sedangkan istri Firaun, menemukan bayi yang tampan dan segera menyembunyikannya karena tertarik dan agar tak dibunuh Firaun.

Tentu ketika melihat bayi itu,Firaun memaksa untuk membunuhnya. tapi sang ratu tentu keberatan. Sehingga, akhirnya mereka bersepakat untuk melakukan ujian. Dihadapan sang bayi disediakan dua pilihan; roti dan api (terdengar aneh memang). Jika bayi itu memilih api, maka dia akan diijinkan untuk hidup. Tetapi, jika dia memilih roti, maka dia harus mati! Nah, sekarang perhatikan kembali pilihan anda tadi....

Jan-jane, Ada apa diantara roti dan api? Begini. Roti, adalah barang dengan proses panjnga. Untuk mendapatkan sepotong roti kita harus membutuhkan sekurang-kurangnya seribu orang yang tak kelihatan. Seribu orang? Ada petani yang menanam gandum. Buruh yang menyiangi rumput. Kuli angkut. Sopir truk. Penjual bensin. Pembuat oven. Pedagang loyang. Pertenak telur ayam. Karyawan pabrikgula, penjual eceran, de-el-el . mereka adalah orang yang berperan dalam pembuatan roti hingga ke mulut anda.

Ini adalah bukti bahwa untuk sepotong roti yang kita nikmati, kita bergantung pada ribuan orang. Tetapi, mengapa Allah memberi pertanda melalui roti dan api? Roti, tiada lain adalah isyarat kenikmatan. Sehingga, Musa yang masih bayi itu mengajarkan kepada kita sebuah moral bahwa semua kenikmatan dan pencapaian hidup yang kita dapatkan – tidak ada yang terlepas dari kontribusi orang lain. Allah melalui bayi Musa mengajarkan itu!

Roti juga adalah simbol dari kemakmuran dan kekayaan. mari kita perhatikan apakah ada satu rupiah saja dari harta yang kita miliki itu diperoleh tanpa peran orang lain? Pasti tidak ada. Harta kita, semuanya didapatkan atas jasa dan bantuan serta kontribusi orang lain. Oleh karena itu, orang kaya yang sombong tak ubahnya seperti manusia pandir yang tidak menuruti ajaran Rasulullah. Roti adalah jabatan. Bisakah ktia mendapatkan jabatan itu tanpa dukungan dan bantuan serta kontribusi orang lain? Jika anda pejabat perusahaan. Supervisor, Manager, Direktur, atau CEO sekalipun. Bisakah anda mendapatkan jabatan itu tanpa orang lain? Tunjukkan kepada dunia satu orang saja manusia dimuka bumi ini yang memiliki jabatan tinggi dengan hasil yang diusahakannya sendiri (jika itu ada).

Api, adalah salah satu energi murni di alam. Artinya, alam menyediakan api tanpa campur tangan manusia sekalipun. Mengapa Musai yang masih bayi itu memilih api? Ternyata, itu merupakan makna simbolik penuh arti. Seolah melalui Sang Nabi, Allah hendak menyampaikan sebuah wahyu. Seperti yang dirangkum didalam dua aspek berikut ini:

Pertama, mari kita hindari roti. Perhatikan, dijaman ini; orang-orang sibuk berebut sepotong roti. Berlomba rebutan harta sabetan. bersaing meraih simpati untuk mendapatkan kekuasaan. Sikut-sikutan untuk memperoleh jabatan di perusahaan. Sikut kiri. Tonjok kanan. Injak bawah, tendang depan, sundul atas. Mari hindari "roti" diatas!

Kedua, memilih api. Milikilah unsur api yang murni. Karena api adalah simbol dari daya hidup yang membara dan semangat mengelora. Biarkan api itu memberi sinar bagi dirimu. . Ketika memilih api, Sekarang, perhatikan kembali pilihan anda tadi. Jika anda memilih roti, anda benar. Dengan roti itu anda akan menjadi kenyang. Yang perlu kita lakukan adalah; hendaknya anda selalu ingat bahwa ada ribuan orang yang tidak anda kenal telah memberikan kontribusinya, kepada sepotong roti yang anda miliki. Kepada kekayaan anda. Kepada kedudukan anda. Dan berbuat baiklah dengan roti yang anda miliki itu. Janganlah kita mengkhianatinya dengan bertindak sewenang-wenang.

Jika anda memilih api. Tetapkanlah hati anda dengan pilihan itu. Karena, meskipun anda tidak kekenyangan; namun anda mempunyai cahaya yang bisa menjadi penerang dan punya semangat menggelora. Sehingga, terang anda; bisa menjadi petunjuk bagi para pemilik roti, dan pengembara serta para pencari cahaya. Karena, ketika anda memilih api; sesungguhnya anda telah dipilih Allah, untuk menjadi pembawa terang. Nyaris seperti Allah telah memilih Musa, untuk membawa umatnya menuju pencerahan.

Read more...

12.21.2008

Ibu...........

Mungkin sudah banyak yang tahu mengenai posting ini. Baik oleh majalah, buku, artikel-artikel bahkan posting di blog. Memang tak ada yang istimewa di cerita kali ini.
Ada sedikit renungan untuk diriku dan pembaca juga... .

Ketika aku baru dalam kandungan,
Dia yang dengan setia mengajakku kemana-mana

Ketika aku lahir,
Dia yang mempertaruhkan nyawanya demi diriku,


Ketika aku berumur lima menit.
Dia yang pertama kali memberiku makanan bergizi

Ketika aku berumur satu hari,
Dia yang pertama kali menina-bobokkanku

Ketika aku berumur tujuh hari,
Dia yang memberi dan memanggilku dengan nama yang baik

Ketika aku menangis di malam hari,
Dia yang menenangkan diriku

Ketika aku buang air di celana,
Dia yang tabah membersihkanku

Ketika aku berumur dua bulan,
Dia yang mengajariku untuk memegang sesuatu

Ketika aku berumur empat bulan,
Dia yang mengenalkanku berbagai hal

Ketika aku berumur enam bulan,
Dia yang mengajariku untuk duduk

Ketika aku berumur tujuh bulan,
Dia yang mulai mengajariku untuk makan

Ketika aku berumur delapan bulan,
Dia yang mengajariku untuk berdiri

Ketika aku berumur sembilan bulan,
Dia yang mengajariku untuk berdiri

Ketika aku berumur sepuluh bulan,
Dia yang mengajariku untuk berjalan

Ketika aku berumur sebelas bulan,
Dia yang mengajariku untuk buang air sendiri

Ketika aku berumur dua belas bulan,
Dia yang mengajariku untuk berbicara

Ketika aku berumur dua tahun,
Dia yang susah payah menyapihku

Ketika aku berumur tiga tahun,
Dia yang mengenalkanku pada lingkungan sosial

Ketika aku berumur empat tahun,
Dia yang selalu mengantarkanku ke TK

Ketika aku berumur empat setengah tahun,
Dia yang selalu menghiburku ketika aku menangis

Ketika aku berumur lima tahun,
Dia yang masih sabar memakaikan pakaianku

Ketika aku berumur enam tahun,
Dia yang telaten mengajariku membaca

Apakah jika dia menyuruh kita,
Kita akan menolaknya?

Apakah jika dia menasehati kita,
Kita akan membantahnya?

Apakah jika dia minta tolong pada kita,
Kita akan mendebatnya?

Mari manfaatkan sisa-sisa usia kita dan usia ibu kita untuk menyayangi ibu kita. Jangan sampai kita menyianyiakannya di dunia ini. Apalagi, jangan sampai hanya menyayanginya ketika dia hanya berupa jasad.
Mari kita sayangi ibu kita! Selamat Hari Ibu!

Read more...

12.19.2008

7500 Rupiah

Syafi’i, seorang manajer cabang suatu bank syariah di Jakarta menatap angka-angka di komputernya dengan cermat. Sejak rekening donasi untuk korban banjir di Jakarta dibuka Desember 2005 lalu, sumbangan berdatangan dari berbagai kalangan. Televisi berulangkali menayangkan nasib naas para korban yang tinggal di tempat pengungsian dalam kondisi seadanya, rumah-rumah tersapu arus, orang-orang yang kesusahan, serta tangisan para anak-anak. Sebagai orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab pengumpulan dana, Syafi’i rutin memeriksa dana yang masuk di rekening.
Transferan donasi masuk bervariasi jumlahnya. Dari 30 juta, 1 juta, 800 ribu, 10 juta, 300, hingga 100 ribu. Syafi’i terus mengecek uang yang masuk, hingga tiba-tiba matanya terhenyak pada angka Rp 7500. Tujuh ribu lima ratus rupiah? Ia penasaran dan mulai membandingkan dengan jumlah lainnya. Tak ada donasi lain yang masuk sekecil itu. Satu kardus mie instan saja tak cukup.
Diamatinya kembali angka Rp 7500. Uang itu dikirim atas nama Hamzah beralamat Malang, melalui transfer bank daerah setempat. Syafi’i ingin menuntaskan rasa ingin tahunya. Kenapa donatur tersebut hanya menyumbang Rp7500, tidak kurang dan tidak lebih. Ia putuskan menelepon bank daerah pengirim uang tersebut.

Hamzah, siswa kelas 3 SD sedang menonton kartun anak-anak saat breaking news seputar banjir Jakarta disiarkan. Tayangan itu menampilkan anak-anak seusianya mengungsi di kelurahan dan masjid, ibu yang digendong oleh para relawan ke perahu karet, penduduk yang memilih bertahan di atap rumah, bapak-bapak yang menjaga hartanya dari penjarah.
Mata Hamzah berkaca-kaca dan terharu menatap gambar di layar kaca tersebut. Saat breaking news diakhiri dengan informasi ‘bagi anda yang ingin membantu korban banjir dapat menyalurkannya melalui melalui rekening no. XX, Bank XX’, sebuah ide terbetik dipikirannya.
Hamzah bergegas ke kamar, menyodok-nyodok celengan yang ia simpan di bawah kolong tempat tidur. Setelah ketemu, ia bobol celengan tersebut. Jumlah tabungannya Rp 12.500. Ia kemudian pamit pada mamanya untuk pergi sebentar.
Keluar dari halaman rumah, Hamzah menyeberangi jalan raya. Berlari masuk ke sebuah bank yang tak jauh dari rumahnya.
“Tante, aku mau ikut nyumbang buat korban banjir di Jakarta,” ujar Hamzah di depan kasir. Ia serahkan seluruh tabungannya serta alamat pengiriman uang.
“Adik, kalau mau transfer ada biayanya. Lima ribu rupiah,” kata kasir menjelaskan.
“Nggak bisa semuanya Tante?” tanya Hamzah.
“Nggak, cuma bisa ditransfer Rp 7.500,” jawab kasir.
“Ya udah deh, Tante, kirimin aja. Makasih Tante,” ujar Hamzah meninggalkan bank.
Syafi’i mendengarkan kisah Hamzah dari kasir bank lokal tersebut dengan takjub. Ia ingin berbicara langsung dengan Hamzah, sang donatur cilik berjiwa sosial. Dari bank tersebut, Syafi’i mendapatkan nomor telepon rumah Hamzah.
Syafi’i memutar nomor telepon yang dicatatnya.
“Tutttttt......tutttttt”. Dalam dua kali nada panjang, telepon itu diangkat oleh seseorang di rumah Hamzah. “Assalamualaikum. Saya Syafi’i dari bank XX Jakarta,” Syafi’i memperkenalkan diri. “Bank kami menerima donasi untuk korban banjir Jakarta sebesar Rp 7500 atas nama Hamzah. Bisa bicara dengan Hamzah?”
“Bapak tidak bisa bertemu Hamzah,” suara serak bercampur tangis menjawab. Saat bersamaan, lelaki penerima telepon itu, ayah Hamzah, sedang membopong mayat anaknya yang bersimbah darah untuk dimandikan. Hamzah ditabrak saat melintasi jalan raya menuju rumahnya, sesaat setelah keluar dari bank.
Syafi’i mendengarkan semuanya dengan pilu. Tujuh ribu lima ratus rupiah bukanlah hitungan matematis yang menunjukkan besar atau kecilnya jumlah uang. Jumlah itu mengajarkan empati seorang anak kecil terhadap orang lain yang ditimpa musibah. Menggugah dan mengilik hati putihnya untuk berbuat sesuatu tanpa peduli ukuran besar atau kecil. Yang terpenting membantu dengan ikhlas.
Tujuh ribu lima ratus rupiah membawa Hamzah bertemu langsung dengan Khaliq-nya.
*Cerita nyata ini dikisahkan oleh seorang guru saya

Read more...

12.15.2008

Gajah

Aku mendapat ide tulisan ini 3 tahun yang lalu ketika aku mengunjungi kebun binatang Kota Solo, yaitu Jurug. Terlepas sekarang Jurug terkena masalah yang rumit, saya takkan membahasnya disini.
Saat itu aku melihat gajah yang cukup besar. Sudah bisa dikatakan dewasa. Aku melihat gajah itu cukup kuat walaupun pergerakannya sangat lemah. Setelah melihat makanannya, tahinya, dan posturnya, aku tertarik pada tali kekang gajah tersebut.
Tali kekang gajah sangat kecil diameternya. Diameternya seperti tali pramuka walaupun bahannya berbeda. Yang semakin membuatku heran, teli tersebut ditambatkan pada sebuah pohon kecil setinggi 2,5 meter. Yang membuatku tak habis pikir, mengapa gajah itu tidak menyentakkan talinya dan bisa terlepas dari kekangnya.

Padahal bila kuperkirakan, gajah itu cukup kuat untuk lepas dari pohonnya. Pohonnya kecil, talinya tipis serta gajahnya kuat.
Setelah aku pikir-pikir, mungkin gajah itu sejak kecil sudah ditali seperti itu. Memang dulu waktu kecil sempat meronta-ronta ketika ditali pada pohon namun tidak kuat karena badannya kecil. Setelah mencoba berkali-kali dan selalu gagal, dia tidak mau mencoba lagi sampai dewasa, walaupun pada saat dewasa dia kuat melakukannya. Dia tak mau mengulanginya ketika dewasa karena menganggap perbuatannya akan gagal lagi.

Manusia dibandingkan dengan gajah? Jangan dibandingkan karena tentu unggul manusia. Gajah seperti cuplikan tadi mengalami suatu kegagalan dan mendapatkan sebuah trauma. Karena pada saat kecil pernah mencobanya namun gagal. Akibat trauma itu dia tak mau mengulanginya sampai kapanpun.Gajah dewasa itu masih berpikir dia akan gagal menyentakkan tali berdasarkan pengalaman di waktu kecil.
Di kehidupan seperti ini, masih ditemukan manusia seperti gajah diatas. Kuat melakukan sesuatu namun pernah gagal dan takut mengulanginya. Padahal seperti yang kita ketahui, bahwa kegagalan adalah awal kesuksesan, kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, kegagalan adalah pemicu kesuksesan dan lain-lain.
Kita takut mencoba sesuatu karena kita pernah mengalami kegagalan. Kita takut untuk mengalami kegagalan lagi. Dan kita pesimis akan tindakan di masa depan kita
Janganlah kita terpancang pada kegagalan masa lalu kita. Namun jadikan masa lalu yang gagal menjadi masa depan yang bersinar. OK?

Read more...

12.13.2008

Ciuman Misterius

Dalam sebuah kereta jurusan Bandung-Jakarta, seorang manajer tampan bersama staf mudanya datang menempati tempat duduk yang tersisa. Kebetulan tempat duduk yang tersisa adalah di depan seorang gadis cantik dan neneknya. (posisi tempat duduknya saling berhadapan). Tiba-tiba lampu dalam gebong mati sehingga malam terlihat lebih pekat. Di tengah pekat nan sunyi itu terdengar suara cukup kentara, yakni sebuah ciuman dan tamparan.
Orang-orang tersebut menginterpretasikan kejadian tersebut sesuai pemikiran masing-masing. “Saya tersanjung manajer tampan ini mencium saya, namun saya malu karena nenek menamparnya” pikir gadis cantik tersebut. Nenek gadis itu berpikir, “lancang sekali anak muda ini, namun saya bangga karena cucuku memiliki keberanian untuk menamparnya”
Sedangkan manajer berpikir, “staf saya sungguh berani untuk mencium gadis yang tak dikenalnya. Namun kenapa gadis itu keliru menampar saya?”. Hanya staf muda yang tahu kejadian pastinya. Dia mencium gadis cantik itu dan seketika menampar manajernya.

Dalam memanfaatkan kesempatan, manusia dibagi menjadi dua, yaitu opportunist dan adventurer. Seorang oportunis adalah penakut dan hanya menunggu kesempatan yang tepat untuk bertindak. Seorang oportunis adalah orang penakut dan suka mengorbankan oranglain untuk mencapai popularitas diri. Suatu contoh opportunist sejati adalah ketika dia melihat tabrakan di jalan, opportunist tersebut melihat kesempatan dan menjarah semua barang milik korban tabrakan.
Sedangkan adventurer adalah bukan hanya orang yang menunggu kesempatan yang tepat. Namun dia yang menjadikan keadaan menjadi kesempatan yang tepat. Adventurer cenderung inovatif dan risk taker. Walaupun bersifat risk taker, dia enggan mengorbankan orang lain. Tipe inilah yang dibutuhkan di zaman teknologi dan informasi ini.
Dah dulu. Ngantuk aku. Salam untuk keluarga yo!

Read more...

12.08.2008

Inikah Masjidil Aqsa yang anda kenal?

Inikah Masjidil Aqsa yang anda kenal? Jika anda menjawab "Ya!", maka anda perlu membaca postingan ini lebih jauh!
Yang anda lihat pada gambar di atas adalah Dome of the Rock. Nama lainnya adalah Quba as-Sakhrakh. Kubah Shakhrah bukanlah sebuah masjid, sebaliknya, merupakan sebuah kompleks yang terdapatnya sebuah batu besar yang dikatakan tempat Nabi Muhammad saw berdiri ketika peristiwa Isra dan Mi'raj. Quba As-Sakhrah terletak di Baitulmuqaddis di kawasan Al Haram Al Sharif.
Quba As-Sakhrakh ini dibangun oleh khalifah terbesar Bani Umayyah, yaitu Abdul Malik bin Marwan
Quba As-Sakhrah bukanlah Masjid Al-Aqsa karena Masjid Al-Aqsa terletak tidak jauh daripada bangunan ini. Ini perbandingan letak keduanya!Quba Al-Sakhrah seringkali disalahartikan sebagai Masjid Omar yang merupakan tempat Sayyidina Umar Al-Khatab bershalat ketika tiba di Baitulmuqaddis.
Sedangkan gambar dari Masjidil Aqsa adalah ini!
Inilah Masjidil Aqsa yang sesungguhnya! Masjid di mana Nabi Muhammad melakukan shalat sunnah ketika akan melakukan Mi'raj ke Sidratul Muntaha. Masjid yang pernah menjadi kiblat shalat umat Islam. Dan masjid yang pernah menjadi tempat shalat Amirul Mukminin Umar bin Khattab ketika membuka Palestina.
Tujuan utama dari posting ini adalah, hendaknya kita tahu mana Masjidil Aqsa yang asli. Israel sengaja menampilkan opini publik bahwa Masjidil Aqsa adalah Dome of the Rock. Sehingga kita menganggap bahwa Dome of the Rock adalah Masjidil Aqsa. Itu tentu akan memudahkan langkah Israel untuk menghancurkan Masjidil Aqsa karena mengendurnya tekanan akibat pemberitaan itu.
SAVE PALESTINA

Read more...

  © Blogger template Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP