Melayani dengan Tulus
Maaf saya kali ini memposting motivasi lagi. Dan lagi-lagi tentang tukang kayu. Begini ceritanya, Suatu ketika di zaman dulu hidup seorang tukang kayu yang ulet dan handal merasa bosan dalam bekerja. Di usianya yang sebenarnya masih produktif, dia ingin menikmati dengan tenang sisa-sisa hidupnya. Sehingga dia meminta kepada juragannya untuk meminta pensiun dini.
Juragannya tentu sangat berat untuk melepaskan salah satu pegawai terbaiknya. "Baiklah kalo begitu, dengan memohon keikhlasan dan kemauanmu, aku mohon buatkan aku satu buah rumah kualitas terbaik dan pilihlah pekerja yang terbaik pula. Semahal dan semewah apapun, si pemesan akan membayarnya".
Si tukang kayu merasa dongkol. Mentang-mentang dia adalah masterpiece perusahaan, dia dieksploitasi. Dan masih dimintai order ketika meminta pensiun. Dan esok harinya dia mulai untuk membuat rumah tersebut.
Dia membuatnya dengan sekenanya saja. Dan terkesan untuk cepat mengakhirinya untuk cepat-cepat pensiun. Serta dia tidak memilih bahan kayu kualitas terbaik karena dirasa terlalu lama dalam mencarinya. Ketika rumah itu jadi, dia segera membersihkannya dan memberikan kuncinya pada juragannya.
"Sebenarnya saya berat untuk melepasmu. Ini uang bayaran pekerjaan terakhirmu itu. Dan rumah kualitas terbaik yang kamu buat itu adalah hadiah pensiun yang saya berikan kepadamu. Saya ikhlas memberimu karena kamu juga bekerja dengan tulus"
Si Tukang kayu akhirnya kecewa seberat-beratnya karena dia tidak bekerja dengan baik ketika membuat rumah terakhirnya tersebut.
Cerita di atas tentu membawa banyak hikmah. Bahwa dalam bekerja dan berbuat sesuatu hendaknya kita melayani dengan tulus. Tidak semua kerja dan usaha kita diorientasikan pada uang. Namun perasaan tulus dan ikhlas ketika melayani adalah kenikmatan tersendiri.
Ketika saya mendengar cerita ini dari guru saya, saya teringat bahwa saya bekerja dengan kurang tulus.
Read more...