1.30.2009

Si Indonesia dan Unta

Aku mendapat cerita ini dari teman sekelasku. Dia menganggapnya sebuah cerita humor, namun saya menganggapnya adalah sebuah motivasi untuk dibagi. Begini ceritanya. Seorang warga Indonesia yang sudah bolak-balik Jakarta-Mekkah untuk menunaikan haji, merasa bosan untuk ke Arab Saudi lagi. Tapi karena duit yang melimpah, dia memutuskan ke Arab untuk wisata setelah menunaikan ibadah haji (memang tidak logis).
Sesampai Arab sana, dia menemukan jasa berkeliling pinggiran kota dengan menaiki unta. Merasa tertarik, dia memutuskan untuk mencobanya. Setelah tawar-menawar maka jatuhlah harga pasnya. Si Indonesia itupun berkata ” Bagaimana cara menjalankan unta ini, Pak?” kata si Indonesia dengan bahasa Arab yang kurang lancar tentunya.
”Untuk menjalankannya, cukup membaca ’alhamdulillah’ dan untuk menghentikannya, dengan membaca ’bismillah’! Untuk belok kanan-kiri, cukup gunakan tali kekang kemudi. Gampang kan?!” Setelah itu, orang Indonesia tersebut dibiarkan mengendarai unta itu sendirian.
Tak lupa dia membaca ’alhamdulillah’ untuk membuat unta itu berjalan. Sesaat setelah itu, dia bisa mengendalikan arah unta yang dikendarainya. Namun, unta itu berjalan semakin cepat. Semakin cepat hingga bisa dikatakan unta itu berlari. Si Indonesia tadi mulai panik mengendarai unta tersebut. Puncak kepanikan muncul ketika jurang terlihat di depannya.
Untanya semakin liar tak terkendali dan jurang serasa siap menerimanya. Kecepatan unta tadi sudah di atas normal dan sulit diterima nalar. Kekang kemudi ditariknya kuat-kuat untuk menghentikan unta tersebut. Namun itu malah membuat unta semakin beringas. Si Indonesia itu berpikiran untuk meloncat dari unta namun pasti akan memunculkan luka yang parah karena unta itu terlalu kencang melaju.
Di tengah kepasrahan kepada Allah, si Indonesia tadi teringat cara pemilik unta dalam menghentikan untanya. Yaitu membaca ’bismillah’. Tanpa pikir panjang lagi dia berucap ”Bismillah! Berhentilah kamu, Unta!”. Mak ckiit! Unta itu akhirnya bisa berhenti seketika. Namun seketika itu juga, Si Indonesia berkata ”alhamdulillah, aku akhirnya selamat....” Unta itu langsung berlari dan masuk jurang. Plung!
Entah kita anggap apa cerita di atas tadi, namun cukup memberi kita pelajaran bahwa janganlah kita lengah dan terlena sedikitpun dengan nikmat yang telah berikan. Juga dalam dunia motivasi, janganlah kita menyia-nyiakan suatu kesempatan yang datang pada kita.
Seumpama orang tadi berpikir jernih, tentu dia akan turun dari untanya terlebih dahulu baru mengucapkan alhamdulillah atau bersyukur. Namun cerita ini juga membawa dampak baik, yaitu bersyukurlah setiap saat. Tapi tentu kita harus memperhatikan situasi dan kondisi tentunya.
Semangat baru!!!!!!!

Read more...

1.01.2009

Friendster versus Facebook

Setelah saya puas menjelek jelekkan Friendster yang saya tuliskan disini, dan mencoba Facebook (walaupun baru saja) saya akan sedikit mengulas antara keduanya. Meski sama-sama situs social network, tapi mereka mempunyai spec sendiri-sendiri!

Untuk form registrasi, Friendster dan Facebook sama-sama ajib dengan memberi kemudahan untuk menjadi member baru. Bila bisa dinilai pada step registrasi, Friendster dan Facebook, keduanya sama sama mengandalkan pada mudahnya pengguna dalam bergabung didalamnya. (Sampai-sampai di Friendster bisa menipu dengan mengisi email palsu. Facebook bisa ga ya?)
Friendster: 1 Facebook: 1

Dalam hal kustomisasi, akan terlihat perbedaan antara Friendster dan Facebook. Pada Friendster, halaman depan sederhana dengan memberi pengkavlingan area yang jelas. Bentuk informasi yang diberikan Friendster ini relatif simpel dan cenderung menggunakan link.

Kita juga dimanjakan dengan CSS editor yang bisa langsung copy-tempel dari situs penyedia sehingga pengguna sangat dimanjakan dengan tampilan Friendster yang menarik.

Facebook, halaman depannya juga memberi bentuk yang sederhana, bahkan cenderung lebih banyak teksnya dibandingkan dengan foto. Ukuran foto yang ditampilkan pun relatif kecil.

Para pengguna, terlebih amatiran, nyaris susah mengganti tampilan bahkan penempatan segmen tampilan. Artinya, pada Facebook, pengguna “dipaksa” mengkonsumsi tampilan default. Memang ada sih yang bisa ganti maksa tampilan default dengan sedikit perubahan. Tentunya bagi orang yang berpengalaman!
Friendster :1 Facebook :0

Dalam Hal Fitur, Friendster bertumpu pada self-profile yang bersenjata utama yaitu apa yang disebut Comments. Dalam friendster, pengguna dapat menampilkan diri mereka dengan luas serta mengunjungi profil teman mereka dan memberi komentar dengan mudah.

Dalam Facebook, mempunyai karakter self-profile, sedikit chatting dan mini-blog. Info mengenai diri kita memang kurang luas. Namun pengguna Facebook dapat melihat dan berinteraksi dengan teman penggunanya yang online. Juga sebagai mini-blog yang bisa menuliskan catatan-catatan seperti blog.
Friendster :0 Facebook :1

Privasi pada sebuah social network adalah hal yang mutlak. Seseorang biasanya enggan memberikan nama aslinya dan cenderung memberikan nama samarannya. Hal ini dimungkinkan karena sistem privasi yang kurang.

Pada Friendster, system privasi profile memang sudah ada, tapi ada beberapa data yang buisa ditampilkan, seperti nama, kota, atau alamat.

Sedangkan pada Facebook, privasi terbilang cukup bagus. Dengan fitur tawaran Privacy setting, memungkinkan user untuk mengeset siapa yang diperbolehkan mengakses informasi pada profile, dan siapa yang tidak. Mungkin hal ini yang menyebabkan banyak public figure yang nyaman memiliki account facebook dengan namanya sendiri.
Friendster: 0 Facebook: 1

Dalam hal Komentar, Bagi yang sudah mempunyai Friendster, sudah familier dengan namanya komentar atau dalam bahasa Friendster disebut testi. Pada bagian ini, Friendster masih dirasa sangat kurang karena tidak bisa menanggapi secara langsung komentar yang dituliskan pengguna lain lain.

Lain halnya dengan Facebook, dengan fitur News Feed dan Live Feed, user bisa melihat aktivitas apa saja yang baru dilakukan oleh seseorang di Facebook, Selain itu, satu komentar bisa dikomentari dengan rapi tanpa mengganggu komentar yang lainnya. Artinya, pemisahan untuk komentar ini cukup bagus.
Friendster :0 Facebook :1

Nilai total:
Friendster :2 Facebook :4

Udah Puas? Pengguna Friendster rela ga? Pengguna Facebook juga jangan puas dulu. karena percaya ga, kalo di Indonesia Friendster itu peringkat 3 situs paling rame! Edan kan! pengguna Facebook akan sedikit kesepian di Indonesia karena cuma peringkat 5. lihat aja di sini!
User Facebook juga boleh bangga kalo situs kesayangannya peringkat 5 situs paling rame! Bandingin dengan Friendster yang hanya urutan 40-an di dunia. lihat saja di sini!
Posting ini hanyalah sebatas penilaian saya pribadi semata. kenyamanan situs social network tergantung user. WOKE?

Read more...

  © Blogger template Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP