Si Indonesia dan Unta
Aku mendapat cerita ini dari teman sekelasku. Dia menganggapnya sebuah cerita humor, namun saya menganggapnya adalah sebuah motivasi untuk dibagi. Begini ceritanya. Seorang warga Indonesia yang sudah bolak-balik Jakarta-Mekkah untuk menunaikan haji, merasa bosan untuk ke Arab Saudi lagi. Tapi karena duit yang melimpah, dia memutuskan ke Arab untuk wisata setelah menunaikan ibadah haji (memang tidak logis).
Sesampai Arab sana, dia menemukan jasa berkeliling pinggiran kota dengan menaiki unta. Merasa tertarik, dia memutuskan untuk mencobanya. Setelah tawar-menawar maka jatuhlah harga pasnya. Si Indonesia itupun berkata ” Bagaimana cara menjalankan unta ini, Pak?” kata si Indonesia dengan bahasa Arab yang kurang lancar tentunya.
”Untuk menjalankannya, cukup membaca ’alhamdulillah’ dan untuk menghentikannya, dengan membaca ’bismillah’! Untuk belok kanan-kiri, cukup gunakan tali kekang kemudi. Gampang kan?!” Setelah itu, orang Indonesia tersebut dibiarkan mengendarai unta itu sendirian.
Tak lupa dia membaca ’alhamdulillah’ untuk membuat unta itu berjalan. Sesaat setelah itu, dia bisa mengendalikan arah unta yang dikendarainya. Namun, unta itu berjalan semakin cepat. Semakin cepat hingga bisa dikatakan unta itu berlari. Si Indonesia tadi mulai panik mengendarai unta tersebut. Puncak kepanikan muncul ketika jurang terlihat di depannya.
Untanya semakin liar tak terkendali dan jurang serasa siap menerimanya. Kecepatan unta tadi sudah di atas normal dan sulit diterima nalar. Kekang kemudi ditariknya kuat-kuat untuk menghentikan unta tersebut. Namun itu malah membuat unta semakin beringas. Si Indonesia itu berpikiran untuk meloncat dari unta namun pasti akan memunculkan luka yang parah karena unta itu terlalu kencang melaju.
Di tengah kepasrahan kepada Allah, si Indonesia tadi teringat cara pemilik unta dalam menghentikan untanya. Yaitu membaca ’bismillah’. Tanpa pikir panjang lagi dia berucap ”Bismillah! Berhentilah kamu, Unta!”. Mak ckiit! Unta itu akhirnya bisa berhenti seketika. Namun seketika itu juga, Si Indonesia berkata ”alhamdulillah, aku akhirnya selamat....” Unta itu langsung berlari dan masuk jurang. Plung!
Entah kita anggap apa cerita di atas tadi, namun cukup memberi kita pelajaran bahwa janganlah kita lengah dan terlena sedikitpun dengan nikmat yang telah berikan. Juga dalam dunia motivasi, janganlah kita menyia-nyiakan suatu kesempatan yang datang pada kita.
Seumpama orang tadi berpikir jernih, tentu dia akan turun dari untanya terlebih dahulu baru mengucapkan alhamdulillah atau bersyukur. Namun cerita ini juga membawa dampak baik, yaitu bersyukurlah setiap saat. Tapi tentu kita harus memperhatikan situasi dan kondisi tentunya.
Semangat baru!!!!!!!
5 Komentar:
emang apa hubungannya ya..hihihih
Mas, bukannya kalo kita selamat harus bilang alhandulillah. Tapi itu justru menandakan kalo orang tersebut selalu ingat pada Allah, hanya saja dia lupa kalau Unta itu bakal lari kalo dia ngomong alhamdulillah. Tapi bener juga sih, kita jangan terlalu terlena dengan nikmat Allah. Senengnya bentar, trus jalan lagi.
wkkwkkwkwkwkwwk anekdotny asik...
salam
senoaji
Kasian tuh unta,jadi bahan leluconnya Mas Apip,hehehe...
cerita lama yang gak terlupakan...
kunjungan balik n kasih komen ya... =D
Post a Comment